Anggota Kelompok :
Aldian Ismantoro (10513611)
Dimas Adityo S (12513475)
Septian Ari Atmojo (18513379)
Yasir De Mahendra (19513407)
A. Teori Pendorong Kreatifitas
1. Motivasi intrinsik untuk kreatifitas
Dorongan untuk mewujudkan potensinya, mewujudkan
diri, berkembangan dan menjadi matang, menggungkapkan dan mengaktifkan semua
kapasitas seseorang.
Merupakan motivasi primer untuk kreativitas ketika individu membentuk hubungan baru dengan lingkungannya dalam upaya menjadi dirinya sepenuhnya. Ada dalam tiap individu, tapi membutuhkan kondisi yang tepat untuk diekspresikan.
Merupakan motivasi primer untuk kreativitas ketika individu membentuk hubungan baru dengan lingkungannya dalam upaya menjadi dirinya sepenuhnya. Ada dalam tiap individu, tapi membutuhkan kondisi yang tepat untuk diekspresikan.
2. Kondisi
eksternal yang mendorong perilaku kreatif
Kondisi eksternal (dari lingkungan) secara
konstruktif ikut mendorong munculnya kreativitas. Kreativitas memang tidak
dapat dipaksakan, tetapi harus dimungkinkan untuk tumbuh. Individu memerlukan
kondisi yang mempk dan memungkinkan individu tersebut mengembangkan sendiri
potensinya. Maka penting mengupayakan lingkungan (kondisi eksternal) yang dapat
memupuk dorongan dalam diri individu untuk mengembangkan kreativitasnya.
Menurut pengalaman Rogers dalam psikoterapi, penciptaan kondisi keamanan dan
kebebasan psikologis memungkinkan timbulnya kreativitas yang konstruktif.
B. Teori-teori tentang kreatif
1. Teori Wallas
Salah satu teori tradisional yang sampai sekarang
banyak dikutip ialah teori Wallas yang dikemukakan dalam buku The art of
Thought. Yang mengatakan bahwa proses kreatif meliputi empat tahap yaitu: (1)
persiapan, (2) inkubasi, (3) iluminasi, (4) verifikasi.
Pada tahap pertama, seseorang mempersiapkan diri
untuk memecahkan masalah dengan belajar berpikir, mencari jawaban, bertanya
kepada orang, dan sebagainya. Pada tahap kedua, kegiatan mencari dan
menghimpun data atau informasi tidak dilanjutkan oleh individu. Tahap
inkubasi ialah tahap di mana individu seakan-akan melepaskan diri sementara
dari masalah tersebut, tidak memikirkan masalahnya secara sadar, tetapi
menaruhnya ke alam pra sadar. Tahap iluminasi ialah tahap timbulnya “insight”
dimana timbul inspirasi atau gagasan baru, beserta proses-proses psikologis
yang mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi atau gagasan baru. Tahap
verifikasi atau tahap evaluasi ialah tahap dimana ide atau kreasi baru tersebut
harus diuji terhadap realitas memerlukan pemikiran yang kritis dan konvergen.
2. Teori tentang belahan otak kanan dan kiri
Proses pemikiran untuk menyelesaikan
masalah secara efektif melibatkan otak kiri atau otak kanan dengan
mengombinasikan pemikiran logis dan kreatif dimana otak kiri memainkan peranan
dalam pemrosesan logika, kata-kata, matematika, sedangkan otak kanan berurusan
dengan irama, rima, musik, gambar, dan imajinasi.
Bagan Proses Pimikiran Otak
|
Belahan Otak Kiri
|
Belahan Otak Kanan
|
|
Intelek
|
Intuisi
|
|
Konvergen
|
Divergen
|
|
Intelektual
|
Emosional
|
|
Rasional
|
Metaforik, intuitif
|
|
Verbal
|
Non Verbal
|
|
Horizontal
|
Vertikal
|
|
Konkret
|
Abstrak
|
|
Realistis
|
Impulsif
|
|
Diarahkan
|
Bebas
|
|
Diferensial
|
Eksistensial
|
|
Sekuensial
|
Multipel
|
|
Historikal
|
Tanpa Batas Waktu
|
|
Analitis
|
Sintesis, Holitik
|
|
Eksplisit
|
Implisit
|
|
Objektif
|
Subjektif
|
|
Suksesif
|
Simultan
|
C. Belajar Kreatif
1.
Pengertian
Tornace
dan Myres dikutip oleh Triffinger (1980) dalam Semiawan dkk (1987:34)
berpendapat bahwa belajar kreatif adalah “menjadi peka atausadar akan masalah,
kekuarangan-kekurangan, kesenjangan dalam pengetahuan, unsur-unsur yang tidak
ada, ketidak harmonisan dan sebagainya. Mengumpulkam informasi yang ada,
membataskan kesukaran, atau menunjukkan (mengidentifikasi) unsur yang tidak
ada, mencari jawaban, membuat hipotesis, mengubah dan mengujinya,
menyempurnakan dan akhirmnya mengkomunikasikan hasil-hasilnya”.
2.
Liputan proses belajar kreatif
Beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh seorang guru yang professional dalam menyusun program
pembelajaran yang dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam belajar
yaitu:
·
Menciptakan
lingkungan di dalam kelas yang merangsang belajar kreatif
1.
Memberikan
Pemanasan
2.
Pengaturan
Fisik
3.
Kesibukan
Dalam Kelas
4.
Guru
sebagai Fasilitator
·
Mengajukan
dan mengundang pertanyaan
1.
Tehnik
Bertanya
2.
Metode
Diskusi
3.
Metode
Inquiri-Discovery
·
Mengajukan
pertanyaan yang menantang (provokatif)
Salah satu cara untuk merangsang daya pikir
kreatif adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang
(provokatif) antara lain dengan menanyakan apa kemungkinan-kemungkinan akibat
apabila suatu kejadian yang telah terjadi, atau dengan menanyakan suatu
kejadian yang telah terjadi, atau dengan menanyakan kemungkinan-kemungnkinan
akibat dari suatu situasi yang memang belum pernah terjadi, tetapi siswa harus
membayangkan apa saja kemungkinan-kemungnkinan akibatnya andaikan kejadian atau
situasi itu terjadi di sini.
Memadukan perkembangan kognitif (berfikir),
afektif (sikap) dan Psikomotorik (perasaan).Dalam rangka membangun manusia
seutuhnya perlu ada keseimbanganaantara semua aspek perkembangan yaitu
perkembangan mental intelektual, perkembangan social, perkembanan emosi
(kehidupan perasaan) dan perkembangan moral.
3. Mengapa belajar kreatif itu penting?
Refinger (1980 : 9-13) dalam Conny Semawan
(1990:37-38) memberikan empat alasan mengapa belajar kreatif itu penting.
·
Belajar
kreatif membantu anak menjadi berhasil guna jika kita tidak bersama mereka.
Belajar kreatif adalah aspek penting dalam upaya kita membantu siswa agar
mereka lebihmampu menangani dan mengarahkan belajar bagi mereka sendiri.
·
Belajar kreatif menciptakan
kemungkinan-kemungkinan untuk memecahkan masalah-masalah yang tidak mampu kita
ramalkan yang timbul di masa depan.
- Belajar kreatif dapat menimbulkan akibat yang besar dalam kehiduppan kita. Banyak pengalamankreatif yang lebih dari pada sekedar hobi atau hiburan bagi kita. Kita makin menyadari bahwa belajar kreatif dapat mempengaruhi, bahkan mengubah karir dan kehidupan pribadi kita.
- Belajar kreatif dapat menimbulkan kepuasan dan kesenangan yang besar.
Membuat Bahan
Bakar Nabati dari Buah Maja
Sekelompok
siswa SMAN 5 Denpasar Bali dapat memanfaatkan buah maja untuk dibuat menjadi
sebuah bahan bakar nabati untuk menjadi bahan bakar alternative bahan bakar
minyak yang sekarang mulai cukup mahal dan mulai langka.
Siswa
menyebutkan bahwa buah maja tersebut memiliki kandungan glukosa yang sangat
tinggi dari glukosa tersebut di ubah kembali dan di olah menjadi bioethanol,
untuk mendapatkan bahan bakar nabati pertama tama buah maja di fermentasi
selama 4 – 7 hari menggunakan khamir Saccharomyces yang terdapat dalam ragi kue,
proses tersebut bertujuan untuk merubah glukosa mejadi alcohol.
Setelah
itu lakukan pemisahan campuran sesuai dengan titik didihnya sehingga dihasilkan
bioetanol yang siap digunakan sebagai bahan bakar. Untuk menghasilkan 1 liter
bioetanol, dibutuhkan sedikitnya 25 buah maja.
Hasil
uji coba menunjukkan mendidihkan air dengan bahan bakar nabati ini hanya
membutuhkan waktu sekitar 4 menit, sedangkan dengan minyak tanah membutuhkan
waktu sekitar 7 menit.
Siswa
SMAN 5 Denpasar tersebut langsung mencoba bahan bakar nabati dari buah maja itu
untuk menggoreng lumpia. Hasilnya, lumpia lebih cepat matang daripada digoreng
dengan bahan bakar minyak.
Sudah
dipastikan bahan ini adalah sebuah inovasi terbaru dimana buah maja yang tadi
nya tidak terkenal atau dibuang begitu saja ternyata sangat bermanfaat bagi
kita ketikan buah maja ini di fermentasi menjadi sebuah alcohol dan dicoba
untuk menggoreng sebuah lumpia dan hasil nya minyak yang terbuat dari hasi
fermentasi buah maja tersebut lebih cepat panas ketimbang bahan bakar minyak
lain nya sehingga dapat menghemat bahan bakar minyak yang sudah ada.
Penjelasan
:
Siswa
SMAN 5 Denpasar membuat bahan bakar nabati dari buah maja. Proses pembuatannya
sendiri sangat mudah, yaitu buat maja awalnya di fragmentasi terlebih dahulu
menggunakan ragi kue, setelah itu pemisahan campuran sesuai dengan titik
didihnya sehingga menjadi Bioetanol.
Inovasi
ini sangat membantu masyarakat, karena buah maja yang tadinya hanya di buang
begitu saja oleh masyarakat, dapat di olah menjadi bahan bakar di saat
tingginya bahan bakar minyak bumi, bahan bakar ini sangat mudah di buat dan
mudah di perbaharui kembali. Bahan bakar ini sangat membantu masyarakat kecil
dalam menghadapi permasalahan tingginya harga bahan bakar minyak.
MINIATUR VESPA DARI KALENG MINUMAN
BEKAS
Pria
berusia 40 tahun ini membuat miniatur Vespa. Bahan dasarnya kaleng bekas
minuman berbagai merek. Apapun minumannya, kalengnya menjadi sebuah miniatur
Vespa unik nan cantik.
Di rumah yang menjadi workshop mininya, Ujang mengasah bakat kreatifnya. Berbekal perkakas semacam gunting, tang, lem, dan penggaris, minimal 6 kaleng minuman disulap menjadi miniatur Vespa.
Di rumah yang menjadi workshop mininya, Ujang mengasah bakat kreatifnya. Berbekal perkakas semacam gunting, tang, lem, dan penggaris, minimal 6 kaleng minuman disulap menjadi miniatur Vespa.
Ditemui
di rumahnya di Jalan Ciparay No 196 RT 4/2 Kelurahan Kujangsari Kecamatan
Bandung Kidul Kota Bandung, Jumat (3/4/2015), Ujang menuturkan awal
ketertarikannya pada miniatur Vespa.
"Saya belajar otodidak. Memang suka saja hal yang berbau seni. Sudah berbagai macam pekerjaan dicoba, tetapi balik lagi ke kerajinan atau pernak pernik," ujarnya.
Suatu waktu, Ujang melihat kumpulan kaleng bekas di sekitar rumahnya. Dia kumpulkan, lalu mengalir saja sampai akhirnya menjadi sebuah Vespa mini.
Beberapa teman memujinya, bahkan ada yang memesan. Dia pun mengulik keterampilan barunya itu, tetapi menjadi lebih detail supaya mirip dengan Vespa sebenarnya.
"Pas awal, saya bikinnya bisa seharian. Pikir-pikir capek. Lalu saya bikin pola dulu supaya cepat produksi. Bikinnya butuh kesabaran, jangan sampai jenuh. Kalau males bisa buntu," katanya.
Ujang memilih kaleng. Alasannya cukup sederhana, selain langka, kaleng lebih alami tanpa perlu sentuhan modern. Sementara kalau kayu memerlukan perkakas yang cukup mahal dan merepotkan.
Sebenarnya bukan hal susah bagi Ujang untuk membuat miniatur Vespa dari kayu. Sebelum memutuskan menjadi seniman kaleng, Ujang pernah bekerja di perusahaan pengolahan kayu. Bahkan dia pernah membuat wayang kayu.
"Dulu bikin dari kayu, tetapi distop. Dari kaleng itu langka yang buat. Kalau kayu terlalu umum. Ini alami tanpa mesin. Kalau kayu harus dibor, diampelas," tuturnya.
Untuk satu mainan Vespa, Ujang menghabiskan sekitar 4 sampai 6 kaleng minuman, tergantung besar kecilnya Vespa. Sehari, 10 miniatur Vespa digarapnya. Itu pun berkat pola yang sudah dibuatnya. Dulu, sehari hanya 2 Vespa mini yang bisa dibuatnya.
"Saya sengaja pengen nongol merek kalengnya. Satu Vespa bisa habis empat kaleng, Kalau yang besar, ada boncengannya, butuh enam kaleng. Ya ini dilakukan karena hobi. Lihat warna dan bentuk, saya buat. Saya tambahin per supaya terlihat hidup. Misalnya ketiup angin digeboy," kata Ujang sambil tertawa.
"Saya belajar otodidak. Memang suka saja hal yang berbau seni. Sudah berbagai macam pekerjaan dicoba, tetapi balik lagi ke kerajinan atau pernak pernik," ujarnya.
Suatu waktu, Ujang melihat kumpulan kaleng bekas di sekitar rumahnya. Dia kumpulkan, lalu mengalir saja sampai akhirnya menjadi sebuah Vespa mini.
Beberapa teman memujinya, bahkan ada yang memesan. Dia pun mengulik keterampilan barunya itu, tetapi menjadi lebih detail supaya mirip dengan Vespa sebenarnya.
"Pas awal, saya bikinnya bisa seharian. Pikir-pikir capek. Lalu saya bikin pola dulu supaya cepat produksi. Bikinnya butuh kesabaran, jangan sampai jenuh. Kalau males bisa buntu," katanya.
Ujang memilih kaleng. Alasannya cukup sederhana, selain langka, kaleng lebih alami tanpa perlu sentuhan modern. Sementara kalau kayu memerlukan perkakas yang cukup mahal dan merepotkan.
Sebenarnya bukan hal susah bagi Ujang untuk membuat miniatur Vespa dari kayu. Sebelum memutuskan menjadi seniman kaleng, Ujang pernah bekerja di perusahaan pengolahan kayu. Bahkan dia pernah membuat wayang kayu.
"Dulu bikin dari kayu, tetapi distop. Dari kaleng itu langka yang buat. Kalau kayu terlalu umum. Ini alami tanpa mesin. Kalau kayu harus dibor, diampelas," tuturnya.
Untuk satu mainan Vespa, Ujang menghabiskan sekitar 4 sampai 6 kaleng minuman, tergantung besar kecilnya Vespa. Sehari, 10 miniatur Vespa digarapnya. Itu pun berkat pola yang sudah dibuatnya. Dulu, sehari hanya 2 Vespa mini yang bisa dibuatnya.
"Saya sengaja pengen nongol merek kalengnya. Satu Vespa bisa habis empat kaleng, Kalau yang besar, ada boncengannya, butuh enam kaleng. Ya ini dilakukan karena hobi. Lihat warna dan bentuk, saya buat. Saya tambahin per supaya terlihat hidup. Misalnya ketiup angin digeboy," kata Ujang sambil tertawa.
Penjelasan :
Pemanfaatan sampah dengan cara daur
ulang dapet menghasilkan produk kreatifitas yang sangat unik dan memiliki nilai
yang tinggi. Inovasi tersebut dapat mengurangi sampah yang tidak dapat di perbaharui
menjadi barang yang memiliki nilai jual. Dengan cara seperti ini masyarakat
kecilpun dapat meningkatkan ekonomi kemasyarakatan dengan mengolah bahan baku
tersebut.
Sehingga dapat menambah penghasilan
tambahan dari mengolah barang bekas tersebut. Kaleng yang tadinya hanya
memiliki nilai yg rendah kini setelah menjadi produk jadi memiliki nilai jual
yang tinggi dan dapat mendongkrak perekonomian kemasyarakatan.
Sumber:
https://ranijelita.wordpress.com/2012/12/15/mengapa-belajar-kreatif-itu-penting/
https://totoyulianto.wordpress.com/2013/03/09/pengertian-kreativitas-belajar-menurut-para-ahli/
http://kulpulan-materi.blogspot.com/2012/10/teori-wallas-teori-tentang-proses.html
0 komentar:
Posting Komentar
Koment dengan user Annonymous tidak akan saya balas , Terima kasih atas perhatiannya..